TRAINING NEED ANALYSIS


TNA
Training Need Analysis
Didalam suatu organisasi terkadang membutuhkan suatu pelatihan untuk meningkatkan kinerja karyawan diperusahaan tersebut. Namun apakah kita mengetahui pelatihan seperti apa yang dibutuhkan oleh karyawan tersebut, karena itu sekarang saya akan membahas materi yang masih berkaitan dengan postingan saya sebelumnya tentang training dan development yaitu, Training need analysis atau biasa disingkat TNA.
Apa TNA itu? Seperti apa proses dari Training itu? Metode apa yang digunakan dalam training tersebut? Lalu implementasi dan evaluasi seperti apa yang dilakukan setelah training dilakukan?. Pasti penasaran kan sama jawaban dari pertanyaan ini… oke, kalo gitu langsung kita bahas… berikut uraiannya:

TNA atau Training Need Analysis menjadi suatu fase yang paling penting dari desain pelatihan karena keberhasilannya tergantung dari kolaborasi kemitraan yang intensif antara orang-orang yang memiliki kepentingan (Locke, 2009).
Selain itu, terdapat Kegiatan penting yang dilakukan selama fase analisis kebutuhan (Locke, 2009), yaitu :
·         Melakukan pengujian kelayakan pelatihan.
 Suatu proses yang menjelaskan dan mengukur keuntungan dari pelatihan untuk individu, tim, dan unit level yang lebih tinggi (seperti divisi, organisasi, dan lembaga).
·         Mendefinisikan fungsi kerja dan proses.
Hal ini termasuk mendeskribsikan, memilah, dan mengkontekstualisasikan pekerjaan dan proses kerjasama yang penting digunakan dalam suatu keseluruhan kinerja.
·         Menjelaskan keadaan afektif dan kognitif.
 Mengidentifikasi keadaan untuk menentukan jangkauan dari kognitif dan afektif agar kinerja di dalam lingkungan kerja efektif.
·         Mendefinisikan model atribut.
Model atribut harus secara spesifik mengarahkan pada kinerja seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap (KSAs).
·         Menggambarkan tujuan pembelajaran.
 Tujuan pembelajaran yang sesuai ialah yang jelas, ringkas, dan terukur. 
Setelah kita mengetahui analisa kebutuhan pelatihan itu seperti apa, lalu kegiatan apa yang dilakukan selama fase analisa, kita juga harus mengetahui proses dari pelatihan tersebut,  berikut uraiannya:
Training Process atau proses training
Dalam organisasi setiap individu membutuhkan kemampuan, keterampilan dan pengalaman agar dapat bekerja sesuai yang diinginkan oleh organisasi tersebut (Mckenna, 2012). Untuk itu diperlukan suatu pelatihan untuk menunjang peningkatan kinerja karyawan di dalam organisasi.
·         NEED ASSESSMENT
Ini merupakan langkah pertama dalam proses pelatihan adalah dengan melakukan penilaian secara sistematik yang dibutuhkan dalam pelatihan (termasuk tujuan pelatihan dan metode pelatihan yang digunakan). Menurut Aguinis dan Kraiger, Wexley (Dalam Mckenna, 2012) terdapat tiga level untuk menganalisis kebutuhan penilaian, yaitu:
1.      Analisa organisasi
2.      Analisa tugas
3.      Analisa individu
Menurut Latham (Dalam Mckenna, 2012) terdapat level keempat yang dimasukkan dalam analisa kebutuhan penilaian yaitu Analisa demografis.
v  Analisa Organisasi
Penelitian melihat di dalam analisa organisasi terdapat dua bagian. Menurut Latham dkk (Dalam Mckenna, 2012) yaitu yang pertama, terdapat pengakuan di dalam pelatihan yang dihubungkan dengan strategi perusahaan. Yang kedua, menyarankan kepada organisasi memiliki tanggung jawab untuk meminimalkan keusangan di dalam diri karyawannya.
v  Analisa Tugas
Di dalam konteks ini terdapat cara untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (KSAs) yang harus dimiliki karyawan agar kinerjanya baik, berikut diidentifikasi dalam analisa tugas (Mckenna, 2012), yaitu;
·         Pengetahuan
Mengacu pada kemampuan dalam mengerti informasi yang diperlukan di dalam kerja.
·         Keterampilan
Ketika karyawan dapat memecahkan permasalah dengan efektif di dalam hubungan interpersonal dengan orang lain, dan memiliki keterampilan yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
·         Sikap
Mengacu pada emosi atau perasaan dan pandangan sebagai seorang karyawan.
Arnold dan Randall (Dalam Mckenna, 2012) menyarankan perbedaan tipe dari pembelajaran (Disebut kemampuan) yang berkembang dari Gagne. Dapat terlihat dari pernyataan yang ditemukan dalam KSAs. Kemampuan tersebut adalah dasar pembelajaran, keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan persetual motorik, dan sikap yang benar.
v  Analisa Individu
Di level ini proses kebutuhan penilaian menyoroti siapa yang membutuhkan pelatihan, sesuai dengan tipe pelatihan yang dibutuhkan (Mckenna, 2012).
v  Analisa Demograsif
Menurut Mckenna (2012) Level keempat dari analisa proses kebutuhan penilaian, Analisa demografis mengambil pandangan yang besar terhadap kebutuhan individu di dalam populasi (seperti jenis kelamin, umur, dll).
Di dalam pelatihan diperlukan juga suatu tujuan agar pelatihan dapat berjalan dengan baik dan meningkatkan keterampilan karyawan agar sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan tersebut.
·         Tujuan Pelatihan
Analisa diperlukan untuk menentukan posisi yang sesuai dengan hasil di dalam suatu program pelatihan. Hasil tersebut yang akan digunakan untuk tujuan pelatihan, dimana setiap karyawan di akhir pelatihan, dapat menghasilkan sebuah perilaku yang sesuai dengan tujuan pelatihan.
Setelah ada tujuan pelatihan, lalu metode yang digunakan dalam pelatihan juga harus diketahui agar pelatihan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dari pelatihan tersebut.
·         Metode Pelatihan
Menurut Mckenna (2012), terdapat beberapa metode pelatihan yaitu:
1.      Komunikasi satu arah
2.      Instruksi bantuan komputer
3.      musyawarah
4.      Studi kasus
5.      Simulasi
6.      Model peran perilaku
7.      Pelatihan on the job
 Setelah dilakukannya sebuah pelatihan, dibutuhkannya implementasi untuk memberikan gambaran dari pelatihan agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh perusahaan tersebut.

Ø  IMPLEMENTASI PELATIHAN
Menurut Locke (2009), yaitu :
Implementasi Pelatihan
Set the stage for learning
Deliver blended solution
Support transfer and maintenance
menyediakan sebuah kerangka untuk referensi dan penilaian error pelatihan yang digunakan untuk mengevaluasi peserta.

mengukur dan membuat langkah untuk meningkatkan motivasi untuk belajar.
penyelenggara menyediakan kebutuhan untuk pembelajaran.

kerangka error sebagai bagian yang asli dari pelatihan yang diberika untuk pembelajaran.

meminta peserta untuk menggambarkan aspek informatif  yang error ketika hal itu sedang berlangsung.
menggunakan informasi teknik presentasi seperti membaca tugas, ceramah, dan diskusi.

peserta menghasilkan pengetahuan dan keterampilan  sesuai target yang diperoleh

peserta wajib menghubungkan dan menyatukan macam-macam fakta dan perilaku ke dalam model mental koheren

memberikan pertanyaan yang sulit dan terstruktur setelah studi kasus

meminta peserta untuk menghubungkan informasi dan membedakan tema-tema umum yang tersedia di sebuah kasus

memeriksa pelajaran yang efektif dan tidak efektif dalam kinerja

memandu peserta melalui latihan yang disengaja dengan meminta mereka untuk mengulangi tugas-tugas yang serupa dengan modifikasi yang bertahap

mendorong peserta untuk terus maju di dalam berlatih
mengadakan pelatihan Tanya jawab yang terorganisir berdasarkan acara dan tujuan pelatihan

membimbing untuk mengkoreksi diri yang berfokus pada diskusi Tanya jawab dan pemodelan yang efektif sebagai feedback keterampilan

menyimpan input untuk saat-saat ketika peserta tidak dapat menghasilkan input dan ketika klarifikasi diperlukan

mengidentifikasi pelajaran untuk terus memperbaiki perkembangan diri

menghasilkan peserta tujuan proksimal dan distal untuk diterapkan pada kemampuan baru

menjadwalkan sesi penguat setelah sesi pelatihan utama selesai
                                                                                                 
Ø  EVALUASI PELATIHAN
Menurut Locke (2009), yaitu:
§  Execute evaluation plan
a.       menetapkan tujuan, kebutuhan, dan penerapan konsumen dari hasil evaluasi pelatihan
b.      mengidentifikasi sesuai dengan eksperimen, kuasi eksperimen, atau atau desain pelatihan observasi pasif
c.       mempertimbangkan alternative ketika desain eksperimen yang ketat tidak dapat dilaksanakan
d.      mengkontrol ulasan faktor-faktor yang mempengaruhi kesimpulan yang diambil ketika evaluasi pelatihan
e.       mengkompilasi evaluasi subjektif dan objektif pada beberapa kriteria pelatihan
f.        memastikan konsistensi antara tingkat variabel fokus, faktor kontekstual, desain, agregasi, dan analisis
g.       mempertimbangkan efektivitas relatif dari berbagai pendekatan untuk mengukur perubahan

§  Gauge trainee learning
a.       mengukur sejauh mana harapan peserta telah dipenuhi oleh reaksi indikator proksimal dan pembelajaran
b.      membedakan antara reaksi afektif dan utilitas
c.       menilai pembelajaran dalam hal afektif, perilaku, dan hasil kognitif
d.      mengukur retensi jangka pendek  segera setelah pelatihan dan retensi jangka panjang
e.       mengukur generalisasi dalam konteks pekerjaan dan memeliharaan belajar dari waktu ke waktu

§  Gauge team learning
a.       evaluasi hasil dikedua level individu dan kesatuan berdasarkan transfer vertikal kompilasi
b.      menggunakan desain longitudinal ketika evaluasi transfer berdasarkan munculnya model

§  Gauge organizational impact
a.       memperkirakan apakah biaya pelatihan memberi kerugian
b.      memperkirakan utilitas atau dampak ekonomi dari solusi pelatihan

§  Disseminate training results
a.       menyediakan peserta kopian dari hasil evaluasi pelatihan
b.      memastikan informasi dari konteks transfer tersedia kepada pihak lain yang ditunjuk



                                   
REFERENSI
Mckenna, E. (2012). Business Psychology and Organizational Behaviour ( 5th edition). New York, NY: Psychology Press
Locke, E, A. (2009). Handbook Of Principles Of Organizational Behavior (2ndedition). United Kingdom, UK:John Wiley & Sons, Ltd

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dinamika Kelompok dan Teambuilding

COACHING, COUNSELING, DAN MENTORING

TRAINING AND DEVELOPMENT