COACHING, COUNSELING, DAN MENTORING
Dalam
kesempatan kali ini, saya akan membahas materi coaching, counseling , dan
mentoring. Pasti kita sudah tidak asing lagi mendengar ketiga kata tersebut
apalagi jika sedang belajar manajemen atau bisnis. Sebelum saya membahas ketiga
kata tersebut, kalian masih mengingat postingan saya sebelumnya tentang proses
manajer? yap… tentang POAC yaitu planning, organizing, actuating dan
controlling. Pembahasan coaching, counseling, dan mentoring merupakan bagian
dari controlling, dimana fungsi dari controlling sendiri adalah memastikan atau
mengawasi ketercapaian tugas dalam penyelesaian tugas. Karena hal tersebut
coaching, counseling dan mentoring dilakukan untuk mencari dan mengatasi
permasalahan dalam melakukan penyelesaian tugas. Namun dalam hal pelaksanaan
ketiga hal tersebut berbeda walaupun mereka miliki kesaman yaitu sama-sama
meningkatkan skill. Oleh karena itu agar tidak salah dalam memahaminya maka
saya akan membahas perbedaan dari coaching, counseling, dan mentoring.
COACHING…
Coaching
merupakan proses memberikan panduan dan umpan balik untuk menolong orang lain
meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan juga menyelesaikan pekerjaan atau
masalah (dalam Aprianto dan Jacob, 2014).
Coaching
dapat dilakukan ketika, peserta sudah
sama dalam memahami tugasnya namun tidak mengerti cara menyelesaikan tugasnya.
Dalam hal ini seorang pelatih (coach) sangat dibutuhkan untuk membantu para
peserta untuk belajar cara menyelesaikan pekerjaan, namun bukan mengajarinya
(Aprianto dan Jacob, 2014).
Menurut
Aprianto dan Jacob (2014) dalam membantu peserta untuk belajar dapat dilakukan
dengan menggunakan metode coaching, dimana terdapat dua pendekatan diantaranya
dengan pendekatan mengajarkan dan
mengarahkan karyawan untuk mencari solusinya sendiri. Metode pendekatan
mengajar lebih tepat diterapkan jika karyawan masih belum berpengalaman
mengerjakan suatu tugas, belum memiliki pengetahuan yang memadai, tidak percaya
diri, atau permasalahan dengan tenggat waktu mendesak.
Pelatih
atau coach akan mengarahkan setiap peserta untuk dapat lebih mengungkapkan
pemikiran – pemikiran kreatifnya sehingga pribadi peserta dapat maksimal dan
berkembang baik dalam menyelesaikan suatu permasalahan dari segi kemandiriannya
(Munthe, 2015). Namun, memakai metode apapun tetap memerlukan inisiatif
karyawan untuk menganalisa, mengusulkan ide, mengajukan solusi, dan menjalankan
proses coaching, hingga sasaran tercapai. Yang hasilnya mendorong karyawan
untuk mencari solusi dari permasalahannya.
Penerapan Coaching
Penerapan
proses coaching dapat mengikuti sebuah alur/tahapan dari sebuah model coaching sederhana, dengan ini dapat
membantu untuk meng-coach pesertanya.
Proses coaching yang popular
digunakan yaitu dengan THE COACH MODEL
yang diciptakan oleh Keith E. Webb seorang pakar coaching (dalam Munthe, 2015). Proses tersebut sebagai berikut:
- C: Connect ( menjalin
hubungan ). Tahap ini adalah untuk menjalin
hubungan dengan coachee dan membangun kepercayaan.
- O: Outcome ( sasaran
percakapan ). Mencari tau hal yang menjadi topik
penting bagi coachee dan menetapkan agenda coachee untuk percakapan yang
akan dilakukan.
- A: Awarness (
membangkitkan kesadaran ). Manajer akan
mengajukan pertanyaan dan akan mendengar secara aktif.
- C: Course (
langkah-langkah tindakan ). Tahap ini mencoba
untuk menangkap pemahaman dan pemikiran lalu menerjemahkannnya sebagai
tindakan-tindakan yang akan dilakukan.
- H: Highlights (
menelaah kembali pembelajaran ). Pada tahap ini
manajer sebagai coach akan meminta coachee untuk mengulas kembali apa yang
telah dipelajari, pemahaman yang didapat, dan hal yang berguna.
COUNSELING…
Konseling
adalah hubungan professional antara bermacam – macam individu, keluarga, dan
kelompok untuk mencapai kesehatan mental, kesehatan, pendidikan, dan tujuan
karir (Memon dkk, 2015). Selain itu, Konseling juga merupakan suatu proses
dimana konselor membantu konseli dalam membuat interpretasi-interpretasi
tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan rencana, atau
penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat(Ariyani, 2013).
Counseling
dapat dilakukan untuk wawancara kepada karyawan tentang kebutuhan – kebutuhan
yang diperlukan oleh karyawan tersebut, dimana salah satu tujuan pentingnya
adalah untuk menyampaikan kepada karyawan agar dapat menerima sebagian tanggung
jawab untuk mengembangkan diri mereka sendiri, mengembangkan karir dan
kesehatan mental karyawan supaya karyawan merasa nyaman dengan dirinya dan
lingkungannya, memiliki pandangan objektif dan positif terhadap orang lain,
sehingga mampu memenuhi kebutuhannya (Ariyani, 2013).
Tipe-tipe Konseling
Tipe
konseling terbagi menjadi 3 (Ariyani, 2013), yaitu:
1) Directive
Conseling. Proses mendengarkan masalah-masalah emosional
karyawan, memutuskan dengan karyawan apa yang seharusnya dilakukan, dan
kemudian memberitahukan dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan hal itu.
2) Nondirective
Conseling (Client-Centered Conseling). suatu proses mendengarkan
secara penuh perhatian dan mendorong karyawan untuk menjelaskan masalah-masalah
yang menyusahkan mereka, memahaminya dan menentukan penyelesaian-penyelesaian
yang tepat.
3) Cooperative
Conseling. hubungan timbal balik antara pembimbing dan
karyawan untuk membantu pemecahan
masalah-masalah karyawan.
MENTORING…
Mentoring
merupakan suatu hubungan interpersonal dalam bentuk kepedulian dan dukungan
antara seorang yang berpengalaman dan berpengetahuan luas dengan seorang yang
kurang berpengalaman ataupun yang pengetahuannya masih sedikit (Martoredjo,
2015).
Mentoring
dapat dilakukan ketika, peserta memiliki
kemampuan yang rendah serta tidak memahami tugas dan tidak mengerti dalam
mengatasi tugasnya tersebut. Dalam hal ini, adanya kegiatan mentoring akan
sangat membantu seseorang menjadi mahir dan dapat mencapai tujuan pribadi dan
sasaran yang dituju oleh perusahaan (Martoredjo, 2015). Di dalam mentoring harus ada hubungan komunikasi yang baik
antara atasan dan bawahan sehingga atasan dapat memantau dan mengarahkan
bawahannya dengan baik. Jika ini
berjalan dengan baik dan sesuai, maka sumber daya manusia yang kurang
berpengalaman atau kurang mahir cenderung akan belajar lebih cepat dan sebagai
dampaknya dapat menjadi lebih produktif.
Selain
makin memberdayakan sumber manusia yang ada, mentoring juga dapat memberi
dampak motivasi bagi para pesertanya (Martoredjo, 2015). Dimana ketika terjadi
semangat ambisi dari orang muda menjadi tersendat karena frustasi dan
ketidaksabaran setelah menyadari bahwa kemajuan yang dialaminya berjalan sangat
lambat dari yang diharapkan, namun dengan adanya mentor (pelatih) yang menaruh
perhatian dan minat pada perkembangan karir mereka, maka mereka akan menjadi
antusias dan lebih bisa bertahan. Sehingga harapan akan keberhasilan dan
hubungan sosial di dalam organisasi akan semakin meningkat.
Model – model mentoring
Memasuki
era kemajuan teknologi yang sangat cepat dibutuhkan adaptasi yang baik untuk
dapat memenuhi tuntutan dari kemajuan tersebut. Manajemen sumber daya harus siap
untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka dari itu, muncul model-model
mentoring jarak jauh, lintas budaya, kelompok, sesama, dan organisasi
(Martoredjo, 2015).
- Mentoring
jarak jauh menggunakan teknologi sebagai media seperti internet, email dan
sebagainya.
- Mentoring
lintas budaya dimaksudkan sebagai kemitraan yang melibatkan perbedaan
gender, usia, ras/etnik, ataupun kebangsaan.
- Mentoring
kelompok dibagi menjadi dua pendekatan dalam mencapai tujuan pembelajaran
para anggotanya yaitu action-learning
dan komunitas praktik.
- Mentoring
sesama adalah posisi atau kedudukan mentor (pelatih) dan peserta berada
pada level yang sama atau kurang lebih sama.
- Mentoring
organisasi terjadi hubungan antara bisnis ke bisnis, seperti dalam kasus
lingkungan.
Referensi
Aprianto,
B., & Jacob, F, A. (2014). Pedoman Lengkap SOFT SKILLS Kunsi Sukses dalam
Karier, Bisnis, dan Kehidupan Pribadi. Jakarta Pusat:Penerbit PPM.
Munthe,
R, G. (2015). Menerapkan Coaching Sebagai Gaya Kepemimpinan Masa Kini. Jurnal Manajemen, 14, 2.
Memon,
J., Rozan, M, Z, A., Ismali, K., Uddin, M., & Daud, D. (2015). Mentoring an
Entrepreneur: Guide for a Mentor. SAGE
Open. doi: 10.1177/2158244015569666.
Ariyani,
R, M. (2013). Peran Konseling Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan. Jurnal Ekonomi, 1, 3.
Martoredjo,
N, T. (2015). Peran Dimensi Mentoring Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Sumber
Daya Manusia. Humaniora, 6, 4.
Komentar
Posting Komentar